INIKABAR.com , SURABAYA - Melihat seorang anak menjadi penghafal Al-Qur’an adalah suatu kebanggaan tersendiri
bagi seorang orang tua, khususnya seperti yang dirasakan Bapak Muhammad Maksum.
Pak Maksum, sapaan akrabnya belum lama ini mendapatkan kabar dari pengasuh
Pusat Pendidikan Anak Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, Jawa Timur,
bahwasannya putranya yang bernama Rohmatullah mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
belajar di Ma'had Tahfizdul Qur'an Darul Hijrah, Surabaya. Sekolah tingkat Menengah
Pertama (SMP) ini merupakan sekolah yang tidak sekedar menerima siswa baru,
melainkan berbagai seleksi akan ditempuh oleh siswa baru dan harus memiliki
hafalan Al-Qur’an terlebih dahulu. Kabar gembira ini langsung dirasakan oleh
Pak Maksum, karena anaknya Rohmatullah yang semenjak duduk di Sekolah Dasar
Integral Yaa Bunayya, Blitar sudah belajar
dan menerima hafalan Al-Qur’an sebelumnya
yang akhirnya muda diterima di Ma’had Darul Hijrah.
Ketinggalan Kereta
Pagi harinnya Rohmatullah harus segera
berangkat di Surabaya. Tiba di pagi hari, Rohmatullah yang sudah di dampingi
oleh pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Blitar, Khairul Umam menanti
kehadiran Pak Maksum di Stasiun Kota Blitar. Tepat pukul 07.00 WIB Kereta Api
Penataran Jurusan Surabaya tiba, hanya berkisar 5 menit Kereta Api berhenti dan
harus berangkat, tapi Pak Maksum belum terliyat di area Stasiun, akhirnya
Khairul umam bergegas dengan Rohmatullah untuk menaiki Kereta Api. Tak lama
kemudian Pak Maksum tiba, setiba di Stasiun dia mondar-mandir mencari anaknya,
disetiap penjuru stasiun dia cari, akhirnya dia bertanya kepada salah satu
petugas stasiun.
“Permisi Pak, Kereta Api jurusan
Surabaya apakah sudah berangkat?” tanya Orang Tua Rohmatullah tersebut.
“Sudah pak, barusan” jawab salah
petugas keamanan Stasiun Blitar.
Dia melihat jam yang ternyata sudah melewati
batas pemberangkatan, tak pikir panjang pak Maksum memberanikan diri berangkat
dari Blitar ke Surabaya dengan sepeda buntutnya yang tidak ada lampu depan,
ritingnya putus, roda duannya sudah tak layak pakai, tidak ada plat nomor,
kedua remnya tidak berfungsi, helm tidak ada dan joknya berupa tumpukan karpet
bekas yang diikat karetban.
“Saya merasa ini adalah sebuah
keharusan untuk mensuport anak saya, ini adalah rasa syukur saya, tetapi dengan
kemampuan apa harus kesana, fisik saya sudah tidak mengikuti, kendaraan saya
seperti ini, belum tau jalan, tapi saya serahkan semua kepada Allah, pasti saya
akan diberi kemudahan sampai disana” kata lelaki kelahiran Blitar 1963 ini.
Mulailah pak Maksum berangkat dari
Blitar menuju Surabaya, berbagai hambatan dan kesulitan dia rasakan, mulai
macetnya lalu lintas, tenggak tenggok meliyat arah, tanya kemana-kemari dia
lakoni demi putrannya yang berhasil melanjutkan sekolah di Ma'had Tahfizdul
Qur'an Darul Hijrah, Surabaya. Dalam perjalanannya tiba-tiba sepeda motornya
mogok tengah jalan, daya baterai HP-nya pula habis, tapi semua itu dia nikmatin
dengan hati gembira.
Tulang Keliling Dunia
Dibuntutin Polisi
Sesampai di Kota Sidoarjo, Pak Maksum
diperhatikan sebagian polisi, karena melihat kendaraan yang tak layak dipakai
itu, beberapa polisi mengikutinnya.
Kelelahan dalam perjalanan menuju
Surabaya dia lalui dari Blitar, Malang, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya yang yang
menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam, sesampai di Surabaya Gubeng dia
merasakan kebingunan kemana dia harus mencari lagi dan dia juga lupa namalengkap
Ma'had Tahfizdul Qur'an Darul Hijrah, akhirnya dia mulai kelelahan.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala
tentunnya tidak akan diam melihat hambahnya berusaha dalam menuju kebaikan,
akhirnya bertemulah Pak Maksum dengan orangtua dengan beberapa pemuda baik.
Mereka langsung berusaha membantu Pak Maksum. Ada yang memperbaiki motornya,
men-charge HP-nya, mencarikan makan-minum, membuka internet untuk mencari
tujuannya, memberikan uang, dan mengantarnya ke Darul Hijrah.
Akhirnya sesampai ditempat tujuan,
bapak tua berbaju taqwa, bersongkok putih, dan bersandal jepit ini merasakan
kelelahan, makhlum Pak Maksum sudah menginjak usia 52 tahun, tapi tekad dan
mujahadah ini dia lakukan untuk memastikan putranya berangkat sampai
tujuan dengan keadaan selamat dalam belajar menghafal al-Qur’an di Surabaya.
Sebelum dia menginjakkan kaki di kampus Darul Hijrah, beberapa orang berpakain
seorang polisi menghampirinnya.
“Pak, Ngapai bapak disini ?” tanya
salah satu dari polisi tersebut.
“Menenggok anak saya yang masuk di
sekolah barunnya?” jawab ayah dari 5 anak ini.
“Kalau bapak berkendara tolong dijaga
peraturannya, jangan asal ngegas saja, jangan diulang lagi ya” tanya kembali
polisi yang mengikutinnya saat berada di wilayah Sidoarjo.
Dia menjelaskan bahwasanya sepeda
motor yang dia miliki memang kendaran yang harus saya beli untuk kebutuhan yang
sebelumnya hanya memiliki sepeda buntut tua, sepeda motor ini dibeli dengan
harga 800 ribu. Tapi anehnya, motor yang sebelumnya masih ada riting menyala,
tiba-tiba konslet, lampu putus, dan akhirnya dia servis berulang-ulang kali,
apa adannya namanya juga sepeda lama akan cepat terasa hasilnya, salah satunnya
muda rewel.
“Berkali-kali saya service motornya,
sampai ganti lampu baru, tapi kok setelah diservice mala tambah rusak, akhirnya
saya putus semua kabel dan lampunya sampai terliyat tulang belulangnya,” ujar
lelaki yang tinggal di Desa Kuningan, Kec. Kanigoro, Kab. Blitar.
“Tulang keliling dunia, motor jelek
luar biasa, apalagi memakai motor sehat sangat luar biasannya,” imbuhnya.
Hidup Sederhana
Hidup sebagai manusia tidak mampu
dalam segi financial tidak membuat Pak Maksum putus asa dalam menghantarkan
putranya kejenjang pendidkan yang baik dalam menuntut ilmu, meskipun pekerjaanya
hanya seorang pencari barang bekas (Pemulung) dia bertekad bahwasannya
anak-anaknya harus bisa mengikuti jejak para Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebaliknya dengan putranya, Rohmatullah
pantang menyerah, semangat mencari ilmu terliyat dari cara hidupnya semenjak
bersekolah di SD Integral Yaa Bunayya, Blitar. Khairul umam.S.Pd.I., M.Pd.I
selaku kepala Sekolanya menggambarkan bahwasannya Rohmatullah anaknya tidak
pernah gengsi dengan teman-temannya yang rata-rata kehidupannya lebih baik dari
secara finansial. Sehariannya Rohmatullah tinggal di Pusat Pendidikan Anak
Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, Khairul Umam mengatakan anaknya sangat aktif
mengikuti kegiatan, tiap pagi bersih-bersih kampus, sekolah, mengaji dan
menhhafal al-qur’an.
“Orangnya jujur,
prestasi akademiknya bagus, hafalannya juga lancar, bapak ibunya seorang pemulung
tapi semangat belajar di acungi jempol,” ujar lelaki asal Sumenep, Madura ini. */Andre Rahmatullah