H Lamjah Hertansyah |
INIKABAR.com , KABUPATEN BEKASI - Memberikan yang terbaik untuk rakyat terus dilakoninya secara kontinyu. Dengan memadukan visi pengabdian dan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Haji Lamjah Hertansyah menggapainya dengan cara jitu, yaitu konsisten mengoptimalkan prinsip otonomi daerah.
Awal mula memasuki kantor Desa Pasirsari, Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sudah terbilang berani tampil beda, jauh dari kesan kumuh.
Selain lingkungan yang asri, ada slide atau layar bergerak yang menunjukkan tulisan terus bergerak berisi pesan-pesan pembangunan dan lainnya di pintu depan kantor desa itu.
Apalagi, ketika janjian wawancara di kantor desa, kita terkaget-kaget apakah ada lembur atau kegiatan desa. Ternyata tidak, karena sejak dipimpin Lamjah, sedari awal kantor desa ini konsisten melayani warganya tanpa mengenal hari libur, yang bisa dikatakan satu-satunya desa yang buka full tujuh hari di Kabupaten Bekasi.
Dengan serentetan bukti fisik itu, Kepala Desa Pasirsari ini bisa jadi sosok entrepreneur yang terjun di pemerintahan. Ia sadari betul, falsafah pemimpin sejati harus mendalami hati rakyatnya sehingga ketika dipercaya memegang tongkat amanah maka akan menggunakan tongkat kekuasaan itu untuk kepentingan rakyat dan sangat mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan.
Lamjah konsisten menerapkan layanan pemerintahan 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu dan tiga puluh hari dalam sebulan yang identik dengan pelayanan di rumah sakit.
Kantor Desa Pasirsari buka full dari Senin hingga Minggu, karena ia memegang prinsip kantor desa adalah pelayanan dan penerapan prinsip otonom atau mengatur rumah tangga sendiri, yang tentunya berbeda dengan jajaran birokrasi.
Apakah tidak ada keluhan dari bawahannya dan apakah tidak menganggu urusan keluarga aparat desa? Ya, disinilah kreativitas dan entrepreneur seorang pemimpin diuji.
Ia konsekuen menerapkannya sejak terpilih menjadi kades. Kalau soal aparat desa, tinggal digilir saja untuk Sabtu dan Minggu, namun mereka ditanamkan siap 24 jam untuk melayani rakyat.
Prinsipnya, seperti kerja di rumah sakit, meski terkesan tiada libur namun ternyata urusan pribadi juga tak terganggu dan aparat pemerintahan enjoy saja. Yang penting rakyat senang dan nyaman karena beragam keperluannya terlayani dengan baik, termasuk ketika roda pemerintahan di Kabupaten Bekasi menerapkan libur pada Sabtu dan Minggu.
“Sistem yang dibangun bukan kerja saya sendiri dan jauh dari sikap arogansi dan otoriter. Otonomi desa itu pada prinsipnya melayani masyarakat, dan pelayanan itu tidak ada hari libur,” katanya.
Lamjah mencontohkan persoalan sederhana saja. Kematian, misalnya, dapat terjadi kapan saja termasuk warga di wilayahnya. Begitu pula soal sakit, bisa menimpa warga setiap saat tanpa direncanakan terlebih dulu.
Disinilah pentingnya pelayanan sehingga aparat desa harus siap sedia 24 jam, dan inilah konsekuensi buah pengabdian dalam penerapan prinsip otonomi daerah.
Selain layanan yang terkesan tampil beda, Lamjah juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang berhati sejuk, memberikan keteladanan kepada warganya dengan mengedepankan sikap arif dan bijaksana.
Taruhlah misal, untuk KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), ia tidak pernah mengarahkan untuk dibawa ke ranah hukum ketika mencuat persoalan yang menimpa warganya. Namun, prinsip musyawarah mufakat jauh lebih dikedepankan karena itu menjadi benteng penyelamat kehidupan keluarga.
Kebanggaan Bekasi
Seiring bergulirnya waktu, belum genap lima tahun, tepatnya memasuki tahun keempat di bawah kepemimpinannya, Desa Pasirsari, tempat dimana kantor Kabupaten Bekasi, notabene terletak di wilayah desa itu, telah mengukir sederet prestasi yang boleh dibilang fenomenal.
Warga Desa Pasirsari tentu bangga, bahkan warga se Kabupaten Bekasi sudah sepantasnya memberikan acungan jempol ke Desa Pasirsari. Kepemimpinan atau leadership, menurut Lamjah, hanyalah salah satu faktor namun jauh lebih penting menggalang kekompakan seluruh komponen masyarakat, sehingga optimal memberikan kontribusi ke pemerintahan.
Optiomalisasi kontribusi itu akan memberikan imbal balik ke masyarakat yang muaranya terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Tanpa didukung rakyat, saya tidak ada apa-apanya dan setumpuk program hanya tinggal tumpukan kertas belaka. Jadi, rakyat Pasirsari makin sejahtera, diukur dari lahir dan batin,” katanya.
Kesejahteraan secara lahiriah, tercermin dengan beragam indeks yang mencerminkan data peningkatan kesejahteraan rakyat. Itu mudah terbaca. Dan, yang sulit tentu kesejahteraan batin, ini yang harus konsisten diperjuangkan karena sifatnya sangat relatif.
Namun, secara kasat mata dapat terlihat dengan makin turunnya angka kriminalitas, terbinanya kerukunan antarumat beragama dan lainnya. Begitu pula soal prestasi, itu menyangkut kepuasan ganda, lahiriah dan batiniah.
Yang perlu publik ketahui, selain menyandang predikat desa percontohan dalam K3 (kebersihan, keamanan dan ketertiban), Pasirsari adalah desa terbaik se Kabupaten Bekasi pada 2013.
Dan, warga Kabupaten Bekasi pun tak salah menunjuk desa ini mewakili perlombaan Pangripta se Provinsi Jawa Barat pada 2014, yang akhirnya menelorkan Desa Pasirsari keluar sebagai juara pertama dan menerima hadiah pada awal 2015, sekaligus tahun ini mewakili Provinsi Jawa Barat untuk berlomba KDRT di tingkat nasional.
Lamjah pun sadar betul, upaya mendongkrak kesejahteraan rakyat tidak semata dirinya dan rakyat di wilayahnya yang bergerak. Ia sadar betul, menggaet kemitraan juga menjadi skala prioritas.
Itu pula, yang membuatnya senantianya membuat kesepakatan untuk bertemu secara kontinyu dengan wakil-wakil perusahaan maupun pelaku usaha lainnya yang beroperasi di wilayahnya.
“Saya tinggal menampung saja, karena banyak ide brilian yang menjadi kesepakatan bersama datang dari warga maupun wakil perusahaan. Menekankan kebersamaan, sekaligus menepis gejolak sosial di masyarakat,” katanya, seraya menambahkan, pawai dan beragam kegiatan perayaan hari jadi Desa Pasirsari, seperti MTQ dan lainnya yang terlaksana secara konsisten setiap tahun.
Lamjah mengakui kalau kerjasama dengan desa-desa tetangga dalam pelaksanaan pembangunan juga mutlak dilakukan. Ia juga melakukan pertemuan rutin dengan desa tetangga agar sinergi pembangunan dapat tercapai.
Jadi, kesejahteraan buat 34 ribu jiwa, terdiri atas 7.400 kepala keluarga (KK) dan membawahi tiga dusun dengan 39 rukun tetangga (RT) ini sudah terlihat hasilnya. Buktinya, untuk membagi beras untuk masyarakat miskin (raskin), ia kebingungan karena minimnya warga di desanya yang termasuk kategori miskin.
Lamjah memang bukan bahkan mungkin tidak akan menjadi pakar bidang pemerintahan dengan seabreg teori.
Dibandingkan John F Kenneddy, Presiden Amerika Serikat yang termasyur dengan kata-kata “Jangan tanyakan apa yang diberikan negara kepadamu, namun tanyakanlah apa yang telah kau perbuat untuk negaramu”. Ia tentunya bukan apa-apa.
Namun, sederet bukti menunjukkan nama Lamjah Hertansyah setidaknya sangat disegani warga Desa Pasirsari, kiprahnya diakui hingga Provinsi Jawa Barat dan bisa jadi kini merambah ke nasional.
Diakhir wawancara, Lamjah menitipkan pesan buat rekan sejawat kepala desa untuk bersama-sama membangun Kabupaten Bekasi, demi kesejahteraan rakyat Bekasi hingga terwujudnya baldatun toyyibatun warobbun ghofur (negara yang baik dan selalu dalam ampunan Allah) bukan sebaliknya, hanya keresahan dan permusuhan.
Negara ini merindukan ‘lamjah-lamjah’ muda hingga otonomi daerah bukan ajang menggelembungkan saku pribadi, namun sarana untuk menyejahterakan rakyat negeri ini. (Dudun Hamidullah)