Laporan Agus Suprapto Yusbiyadi dari Jakarta
INIKABAR.com , JAKARTA - Dalam ritual Haul ke-262 Syech Sayyid Mbah Priuk pada hari Ahad tanggal 19 November 2017 pukul 14.00 WIB sampai selesai bertempat di Jalan Makam Keramat Syech Sayyid Mbah Priuk No. 1 RT 011 RW 07 Koja Jakarta Utara, Brigade 08 telah yang resmi berdiri sesuai Akta Nomor 11 tanggal 08 Desember 2015 yang dibuat oleh Notaris Trismorini Asmawel, SH dan selanjutnya telah mengantungi Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0069318.AH.01.07.Tahun 2016 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Brigade 08 yang ditetapkan di Jakarta tanggal 02 Agustus 2016 diberi amanah untuk ikut serta menjadi tim pengaman acara haul ke-262.
Dalam Haul Akbar Syech Sayyid Mbah Priuk kemarin lusa Satgas dan Segenap Pengurus Brigade 08 diundang dan dilibatkan oleh panitia haul untuk membantu menjaga keamanan dan ketertiban acara yang dihadiri oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Secara umum Haul Akbar Syech Sayyid Mbah Priuk berisi acara Pembacaan Sholawat, Ziarah Bersama, Pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Pembacaan Manaqib Syech Sayyid Mbah Priuk, Ceramah Mauidhoh Hasanah. Sholat Ashar Berjamaah dan ditutup doa bersama.
Salah satu ahli waris Maqom Syech Sayyid Mbah Priuk bahwasannya "Mbah Priuk" adalah sebutan seorang yang bernama Hasan bin Muhammad Al Haddad yang lahir pada tahun 1727 Masehi di daerah Ulu Palembang Sumatera Selatan. Sejak kecil beliau diakarkan Agama Islam oleh bapak dan kakeknya. Saat menjelang dewasa Hasan bin Muhammad Al Haddad hijrah dan menuntut ilmu ke Hadramaut Yaman Selatan meneruskan datuknya yang dijuluki Shohibul Rotib Al Haddad. Setelah sekitar 5 tahun berada di Hadramaut Yaman Selatan Hasan bin Muhammad Al Haddad kembali ke tanah kelahiran di Ulu Palembang.
Di tahun 1756 M saat berusia 29 tahun Hasan bin Muhammad Al Haddad bersama Al Arif Billah Al Habib Ali beserta 3 orang azami pergi ke Pulau Jawa untuk berziarah diamtaranya ke Sohib Luar Batang (Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus RA), ke Cirebon (Sunan Gunung Jati RA) dan ke Surabaya (Sunan Ampel). Namun saat di laut lepas rombongan beliau diserang Belanda. Mukjizatnya tidak satupun peluru dan mortir meriam yang kena perahu dan rombongan beliau.
Sepanjang perjalanan laut selama sekitar 2 bulan perahu Hasan bin Muhammad Al Haddad dihantam ombak besar hinnga perbekalan jatuh ke laut yang tersisa hanya beberapa liter beras dan periuk penanak nasi. Karema tidak ada kayu bakar yg telah jatuh ke laut rombongan beliau jadi tidak bisa masak sehingga kelaparan. Selanjutnya Hasan bin Muhammad Al Haddad mamasukan periuk berisi beras ke jubahnya seraya berdoa dan seketika beras menjadi nasi.
Kembali lagi keanehan terjadi saat perahu rombongan beliau dihantam ombak serta tersambar petir hingga terbalik dan menyebakan 3 orang azaminya meninggal dunia tinggal Hasam bin Muhammad Al Haddad dan Al Arif Billah Al Habib All yang berhasil membalikkan perahu namun 10 hari kemudian Hasan bin Muhammad Al Haddad meninggal dunia di atas perahu kemudian terdorong ombak dan diiringi ribuan lumba-lumba hingga ke pantai.
Warga pesisir pantai yang melihat kejadian tersebut memberikan pertolongan dengan memakamkan Hasan bin Muhammad Al Haddad kemudian dayung ditancapkan sebagai nisan dan dibagian kaki ditancapkan sebatang kayu yang akhir tumbuh menjadi pohon tanjung serta meletakkan periuk disisi makam.
Berdasarkan kepercayaan warga periuk di samping makam perlahan bergeser ke laut dan timbul sebesar rumah yang menyebabkan daerah tersebut dinamakan Tanjung Priok sedangkan nama Hasan bin Muhammad Al Haddad dikenal menjadi "Mbah Priuk" yang wafat pada tahun 1756 Masehi dalam usia 29 tahun awalnya dimakamkan di Pondok Dayung namun pada tahun 1934 Pemerintah Hindia Belanda memindahkan makam Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad RA (Syech Sayyid Mbah Priuk) ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dobo di Koja Jakarta Utara.
(Agus Radio MPI)